4.12.14

Perjuangan Siti, Bocah 7 Tahun Penjual Bakso Keliling


  • Upahnya hanya Rp 2.000 saja. Itu kalau semua bakso yang dibawa habis. Jika masih tersisa, maka dia hanya mendapat upah separuhnya saja.

Bocah itu terlihat payah. Tangan mungilnya harus menenteng beban berat. Termos nasi di sebelah kanan, ember berisi air di sebelah kiri. Kaki ringkihnya harus melangkah menyusuri jalanan kampung. Dari siang hingga petang. Menjajakan bakso dalam termos yang dia bawa dengan susah payah itu.
Dialah Siti. Bocah asal Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Banten Selatan. Dua tahun silam, usianya baru tujuh tahun. Namun dia harus keluar masuk kampung menjual bakso untuk menopang ekonomi keluarga. Dan rutinitas itu dia lakukan saban hari, sepulang sekolah.
Siti harus turut bekerja keras menopang ekonomi keluarga. Sang ayah telah wafat saat usia Siti baru dua tahun. Sementara sang ibu hanya buruh cangkul dengan upah ala kadarnya. Untungnya Siti bukan model bocah cengeng. Kondisi itu telah menempanya menjadi sosok anak perkasa. Siti juga merupakan bocah yang tabah menghadapi kondisi ini.
Usaha bakso itu bukan milik keluarga Siti. Dia hanya membantu menjualnya dengan sistim upah. Biasanya Siti berkeliling menjual bakso selama empat jam sehari. Dua tahun silam, upahnya hanya Rp 2.000 saja. Itu kalau semua bakso yang dibawa habis. Jika masih tersisa, maka dia hanya mendapat upah separuhnya saja.
Di sepanjang jalan, Siti harus berteriak-teriak menjajakan bakso. Jika ada yang membeli, dia akan meracik bakso itu pada sebuah mangkok yang diletakkan di lantai. Sebab dia tak membawa gerobak, meja, ataupun kursi.
Terkadang, jika ada orang yang membeli baksonya, Siti ingin ikut mencicipi. Namun sayang, dia hanya bisa menelan ludah. Sebab, dia sadar tak akan mampu menebus setiap bakso yang dia makan. Sehingga, dia harus puas dengan aroma bakso yang begitu menggoda. Miris.
(Sumber  http://www.dream.co.id)

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...