“Tidaak!” Seorang presenter TV berlari ketakutan saat teman host-nya membawa pisang. Ia menghindar, kalau bisa sejauh mungkin dari makanan utama primata ini. Si co-host
itu sudah tahu kalau temannya phobia pisang. Adegan ‘lucu-lucuan’ yang
disiarkan secara nasional ini membuat pemirsa tertawa. Tapi kok bisa,
sih, takut sama pisang?
Menurut hipnoterapis Baby Jim Aditya, phobia terjadi karena adanya pengalaman traumatis. Tidak melulu karena perlakuan keras, kasar secara verbal atau fisik dari seseorang, tapi juga persepsi keliru pada suatu benda seolah-olah dia mengancam. Phobia beragam, dari yang tidak masuk akal seperti takut berlebihan terhadap pisang, kancing baju bahkan karet gelang, sampai yang masih dibatas wajar, seperti ketinggian, jarum suntik, dan kerumunan banyak orang.
Phobia jadi mengganggu jika ia
menghambat aktivitas sehari-hari. Misalnya, takut terbang. Seperti
pemain bola tim nasional Belanda, Dennis Bergkamp, yang memilih menempuh
jalan darat menuju Perancis untuk mengikuti ajang Piala Dunia 1998.
Beruntung, lokasinya masih di daratan Eropa. Nah, kalau di luar benua
itu? Bisa-bisa ia harus merelakan potensinya mengharumkan nama bangsa.
Jika Anda terbelenggu phobia, ada metode ampuh untuk melepaskannya. Caranya, hipnoterapi.
Kenali Hipnoterapi
Hipnoterapi bekerja memanfaatkan
gelombang otak alam bawah sadar. Gelombang otak itu, kata Baby, terbagi
atas beta—keadaan sadar; turun sedikit, alfa; teta; dan terdalam saat
kita tertidur, delta.
Nah, hipnoterapi bekerja saat kita dalam setengah terjaga (teta). “Terapi berlangsung saat kondisi subconscious mind (alam bawah sadar). Sebab, semua hal dari value, reflect, believe,habit adanya di situ,” kata perempuan yang ditemui Ummi di Klinik Hipnoterapi, Bintaro Business Centre, Jl R Veteran No 1-i Jakarta Selatan.
Kenapa, sih, kita perlu hipnoterapi? Menurut Baby, seringkali kita memiliki believe
yang salah sehingga menghambat kita menjadi pribadi optimal. Misal,
Anda terbiasa menunda pekerjaan. Suatu kali, Anda lolos, selanjutnya
jadi kebiasaan. Sebab, sudah tertanam learning atau sugesti keliru dalam diri Anda. Alhasil, terbentuk limiting believe
yang berujung menyulitkan diri sendiri. “Nah, melalui hipnoterapi, kita
diajak fokus pada tujuan. Semua hambatan kita abaikan untuk sampai pada
tujuan itu,” kata aktivis HIV/AIDS ini.
Sebenarnya, sambung perempuan yang juga
psikolog itu, orangtua adalah tokoh berdaya hipnotis alamiah yang kuat.
Sayang, kemampuan mereka tak termanfaatkan, malah memberikan limiting believe kepada anak.
Anda termasuk yang kerap mengucapkan
‘Mama bilang juga apa! Jadi, anak jangan nakal!’ kepada buah hati
tersayang? “Si anak jadi nakal betulan. Padahal, ‘jangan’ dan ‘tidak’
itu kata yang harus dihindari saat memberi sugesti positif. Sebaiknya,
sampaikan harapan kita terhadap anak lalu beri pujian karena alam bawah
sadar menyukainya,” ungkap Baby.
Bongkar Masa Lalu dan Maafkan
Dalam hipnoterapi, terapis mengedukasi manfaat hipnoterapi sehingga terbangun trust. Kemudian ia akan membawa klien menuju gelombang teta. Atau, kondisi sesaat mau tidur/terlelap. Pada saat itu, terjadi daydreaming, mengkhayal atau kontemplasi.
Inilah faktor kritis kesadaran manusia terbuka, terjadi proses healing
jiwa dan relaksasi. Dalam kondisi ini, kita masih bisa menerima sugesti
dan memahami instruksi. Hebatnya, sugesti tertanam permanen ketimbang
kita berikan saat sadar. “Makanya, orangtua menanamkan nilai
moral/harapan melalui dongeng sebelum tidur,” ujar ibu dua anak.
Terapis akan membawa Anda kembali ke
masa lalu untuk mengumpulkan informasi sebanyaknya dari klien dan
membongkar penyebab trauma. Saat itu, terapis meminta Anda menghadirkan
orang atau hal yang membuat Anda phobia ke alam imajinasi. Lalu, tahap forgiveness dan pemberian sugesti positif.
Misal, Anda takut kecoa, terapis akan
mensugesti pemahaman baru terhadap binatang itu lalu meminta Anda
membayangkannya terperangkap dalam toples berjarak 10 meter, lalu 9
meter dan seterusnya. Terapis memberi sugesti positif bahwa binatang itu
kecil, lucu dan penakut, termasuk bayangan manusia. Dia juga tak
berdaya dan mati saat terinjak. “Intinya, melalui hipnoterapi kita
mengubah realita internal—cara kita mempersepsikan dunia. Sebab, kita
tak bisa mengubah realita eksternal—sesuatu di luar diri kita,”
jelasnya.
Keberhasilan hipnoterapi, ujar Baby,
tergantung berat-kecil kasus. Kerjasama klien diperlukan, jangan ketika
klien merasa lebih baik, ia tak lagi ke terapis. Padahal, seperti halnya
dokter, terapis juga harus mengetahui progress report klien.
Selain itu, lingkungan tak mendukung.
Sering, ketika klien nyaman setelah melakukan terapi, lingkungan tak
mendukung. Maka, terapis pun melatih self hypnosis.
Ketika rasa takut kembali menyerang,
secara refleks Anda akan menarik nafas panjang dan tenang. Lalu, fokus
meyakinkan pada diri Anda berani dan memvisualisasikan diri Anda mampu.
Mudah, kan?
Fakta Tentang Hipnoterapi
Booming
tayangan televisi tentang hipnotis mengaburkan manfaat hipnoterapi yang
sebenarnya. Pada tayangan itu, klien dibuat tidur lalu ia berbicara
tentang dirinya termasuk menguak aibnya. Padahal, adegan mempermalukan
diri sendiri itu ditonton jutaan pasang mata. Publik pun tak lagi
melihat sisi positif dari hipnoterapi. Dihipnotis kayak di TV, ya? Enggak, deh!
Padahal, kata hipnoterapis Baby Jim Aditya,
hipnoterapi menyimpan banyak manfaat. Metode ini sebenarnya sudah
ditemukan sejak tahun 1700-an. Saat itu, Inggris memanfaatkannya untuk
operasi, cabut gigi, amputasi. Kini, dokter bedah/anastesi mempelajari
hipnoterapi untuk menjalin rapor dengan pasien agar lebih rileks,
terapis membantu ibu melewati proses melahirkan, menghilangkan kebiasaan
merokok, menunda pekerjaan, bahkan phobia.
Metode ini juga dimanfaatkan oleh banyak
tokoh negara termasuk Barack Obama saat berpidato hingga mampu
menyentuh nurani terdalam. Atau, atlet David Beckham untuk meningkatkan
prestasi.
Sebenarnya, hipnotis di panggung hiburan
sama dengan yang dilakukan hipnoterapis. Tapi, tujuannya beda.
“Hipnoterapi (oleh hipnoterapis, red) bertujuan meningkatkan martabat
dan kesehatan jiwa klien,” katanya.
Perbedaan lain, hipnoterapis memberi
sugesti positif kepada klien. Keberadaannya bukan untuk mempermalukan
orang lain. “Terapis bertanggung jawab menjaga etika profesi,
kerahasiaan, tidak membuat derajat orang lain lebih rendah daripada
sebelum ketemu kita. Karena tiap jiwa manusia itu berharga,” tukas Baby.
(Sumber www.ummi)
No comments:
Post a Comment