21.12.14

Jangan Remehkan Tabungan Kencleng

 

Ada uang pusing (karena rasanya tak cukup saja), tak ada uang lebih pusing. Pergi haji? Punya rumah? Menyekolahkan atau mengkursuskan anak ke lembaga-lembaga pendidikan terbaik? Ah, mimpi kali yeee…dengan uang segini-gininya, bisa jadi apa sih?


Jawabannya, bisa jadi banyak dan berkembang, asal tahu jalannya. Lewat menabungkah? Sayangnya, menurut perencana keuangan Mike Rini, kalau cuma dengan menabung saja jawabannya adalah tidak. Dana tidak akan berkembang kalau sekedar ditabung, ditabung dan ditabung. Bahkan, kerugianlah yang akan muncul bila dana sekadar ditabung. Kenapa? Karena kelebihan yang diperoleh dari bank (bila menabung di bank) tak cukup untuk mengatasi laju inflasi yang cenderung jauh lebih tinggi. Apalagi bila menabungnya hanya sekedar di TABAKAS alias tabungan bawah kasur.

Meski demikian, menabung tetap harus dilakukan. Kenapa? Karena menabung  merupakan satu langkah pertama untuk menuju kemandirian finansial atau bahkan kebebasan finansial.

“Kita tetap membutuhkan tabungan sebagai untuk cadangan dana di saat kondisi darurat. Sakit misalnya, atau persiapan dana masuk sekolah,” urai partner business development Hijrah Institut ini di salah satu rubrik tanya jawab keuangan. “Dan tabungan adalah akses yang paling mudah menuju uang kita, karena mudah dicairkan,” lanjutnya pada Ummi.
Kapan sebaiknya memulai menabung? Jawabannya adalah mulai sekarang.

Tetapi masalahnya gaji, upah atau honor saya selalu habis setiap kali di dapat. Tidak ada sisanya untuk ditabung, begitu kebanyakan orang biasa berkilah.
Itu dia problemnya, sering orang lupa bahwa menabung adalah kegiatan terencana, yang berarti sepatutnya diberi alokasi di muka alias masuk dalam anggaran pengeluaran. Jadi kalau ada anggaran untuk membayar listrik, SPP, bahkan beli pulsa, jangan lupa untuk mengadakan pula anggaran menabung.

Berapa besarnya? Terserah saja. Syukur kalau bisa menabung sedikitnya 10 persen dari pendapatan, apapun istilahnya, gaji bulanan, upah pekanan, honor sesekali, atau laba jualan setiap hari.
Bagaimana dengan ibu rumahtangga tak berpenghasilan? Sama saja, sepanjang kita mampu membuat pengeluaran dana rumah tangga, pastikan kita mampu menyisihkan sebagian dana sebagai tabungan. Dan untuk itu, satu yang mungkin bisa jadi jawaban adalah: jangan remehkan tabungan kencleng.
Menabung seratus dua ratus ribu sebulan mungkin terasa berat. Tetapi, menyisihkan tiga atau lima ribu sehari, tentu lebih ringan. Dan menetapkan hati untuk mulai menyisihkan katakanlah lima ribu sehari ke dalam kencleng khusus bisa menjadi permulaan pengembangan dana yang sangat baik. Syarat pentingnya, rutin dan konsisten.

Hitung saja, bila lima ribu ini rutin dilakukan, dalam setahun, setidaknya ada sekitar 1,8 juta rupiah cadangan dana berhasil disisihkan. Tetapi, bagaimana pengembangannya kalau dikatakan menabung saja tak akan mengembangkan dana bahkan berpotensi menjadi rugi?
“Kita perlu melakukan cara penyimpanan dana yang lebih progresif,” lanjut Mike Rini menjelaskan tahap dua dari menabung. Dan itu berarti menukar sebagian tabungan kita ke dalam bentuk-bentuk yang lebih memungkinkan perkembangan meski tidak se-liquid tabungan uang. Misalnya dengan menyimpan deposito, membeli koin emas, reksadana, saham, tanah atau properti.
Penjelasannya begini. Dana lima ribu yang kita tabung secara konsisten di dalam celengan selama katakanlah 15 tahun hanya akan memberi hasil akhir sebesar 27 juta saja yang bisa jadi sudah tidak terlalu besar lagi artinya pada 15 tahun mendatang. Disimpan di bank pun tidak terlalu besar pula hasilnya mengingat lebihan dari bank yang paling-paling berkisar antara 5 hingga 7 persen saja per tahunnya.

Namun, akan beda hasilnya bila tabungan lima ribu sehari di dalam kencleng ini dinaikkan kelasnya ke bank setiap 30 hari. Dan sesudah dua tahun separuhnya bisa dibiarkan tetap menjadi dana cadangan darurat, sementara separuhnya dipindahkan ke dalam bentuk koin emas. Mengapa emas? Karena meskipun emas memang tidak memberi pertambahan yang besar pada nilai dana tetapi relatif aman karena nilainya selalu beriringan dengan perkembangan ekonomi masyarakat dan cukup liquid pula.

Bila proses ini telah dilakukan konsisten selama katakanlah lima tahun, tentu menghasilkan tabungan emas yang cukup banyak, yang siap pula sebagiannya dinaikkan kelasnya ke dalam bentuk penyimpanan yang lebih progresif, reksadana atau saham.

Proses menyisihkan dana dan mengubah-ubah bentuk ini bisa terus dilakukan dengan step-step terencana yang berkesinambungan; menabung di kencleng, memindahkannya ke bank, mengubah sebagian ke emas dan menaikkan lagi kelasnya dalam bentuk lain yang kita sukai.
Memang, pilihan penyimpanan dalam bentuk yang lebih progresif akan memunculkan resiko lebih tinggi. “Semakin tinggi return (hasil atau keuntungan) yang ditawarkan, semakin besar resiko yang harus kita siap tanggung. Sebagai patokan sederhana saja, untuk segala kemungkinan return diatas 5% maka resikonya umumnya adalah sekitar 15 hingga 20%,” papar Mike Rini menjelaskan.
Namun, dengan membagi penyimpanan dana dalam beragam tempat dan bentuk, katakanlah, sebagian dalam bentuk tabungan atau deposito, sebagian emas, sebagian reksadana dan atau saham, kita bisa meminimalisasi kerugian yang mungkin terjadi sekaligus memperbesar kemungkinan memperoleh pengembangan dana.

Kemana lagi dana yang ada bisa dinaikkan kelasnya? Masih banyak pilihan, membeli tanah, rumah, kios, atau apartemen. Segala bentuk barang properti in memang tidak memudahkan pencairan dana setiap saat, namun secara relatif termasuk yang paling tinggi tingkat pengembangan dananya.
Harga properti umumnya selalu bertambah, sehingga nilai harta kita pun akan bertambah. Sementara nilai ekonomis yang bisa didapat dari pemanfaatan properti ini pun tinggi pula, baik untuk dipakai sendiri yang berarti menghemat biaya tempat tinggal maupun saat disewakan pada pihak lain dan memberi tambahan pemasukan.

Kalau melihat gambaran ini, siapapun Anda, mahasiswa, karyawan atau ibu rumah tangga, tentunya bisa mulai merancang jalan menuju kemandirian finansial untuk kemudian secara perlahan menuju pada kondisi perempuan bebas finansial dimana hartanya secara konsisten bisa memberikan tambahan pemasukan selama hidupnya. Insya Allah.
(Sumber  www.ummi-)

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...