21.12.14

Antisipasi Tepat, Minimalkan Kelainan Janin

 

Bundaa,Hati orangtua mana yang tak teriris kala melihat buah hatinya tumbuh berbeda dan memiliki kebutuhan khusus. Memang, tak ada yang bisa memastikan setiap bayi akan terlahir sempurna atau sebaliknya. Tapi setidaknya, langkah antisipasi selama kehamilan bisa dilakukan untuk meminimalkan bayi terlahir dengan kebutuhan khusus.kita baca ulasannya yaa bun....



Dr Oni Khonsa, SpOG menekankan, pemeriksaan medis yang tepat sebelum merencanakan kehamilan dapat membantu mendapatkan hasil akhir kehamilan yang baik. Hal ini ditunjang pula dengan penerapan gaya hidup sehat, seperti cukup nutrisi, istirahat, dan olahraga.
Kecukupan nutrisi, kata Oni, menjadi salah satu faktor penting bagi kesehatan bayi. Beberapa unsur vital,  yakni asam folat, zat besi, kalsium, vitamin A, C, dan B kompleks, serta zat besi, tak boleh diabaikan. Kekurangan salah satu zat tersebut bisa menyebabkan proses pertumbuhan janin terganggu, misalnya tempurung otak tidak tumbuh sempurna.

PENTINGNYA USG
          
Di awal kehamilan, menurut dokter di RSUP Persahabatan ini, pemeriksaan ultrasonografi penting untuk mengetahui lokasi kehamilan, apakah terjadi di dalam atau luar rahim. Juga untuk mengetahui usia kehamilan dengan tepat dan menjadi dasar awal pengukuran usia kehamilan. Dengan USG, perkembangan janin dipantau sehingga bila terjadi masalah pada janin dapat segera terdeteksi.
Secara umum, USG dapat dilakukan saat usia kehamilan di bawah 28 minggu, yaitu setiap empat minggu sekali. Kemudian, hingga usia 35 minggu, lakukan tiap minggu sekali. Dan setelah itu, setiap minggu sampai menjelang persalinan.
Pada trimester II, yang merupakan golden periode, pemeriksaan organ janin bisa dilakukan secara lengkap dari ujung kepala hingga kaki. Waktu yang disarankan adalah saat usia kehamilan 18-24 minggu. USG pada masa ini bermanfaat untuk menilai normal tidaknya sistem syaraf, jantung, ginjal, usus, dan anggota tubuh calon bayi. Sedangkan pada trimester III, USG membantu menilai ukuran janin dan volume ketuban sehingga dapat diprediksi kondisi kesehatan janin.

          
KELAINAN KROMOSOM
Usia ideal untuk hamil adalah antara 20-35 tahun. Seiring bertambahnya usia ibu, akan meningkatkan risiko kecacatan janin. Belum lagi terjadinya penurunan fungsi tubuh ibu yang memudahkan munculnya penyakit degeneratif, seperti hipertensi dan kencing manis.
“Kehamilan di usia di atas 35 tahun kedengarannya memang menyeramkan, tapi banyak wanita yang hamil di atas usia 35 tahun berhasil menjalankan kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sempurna,” jelas dokter yang kini mengikuti pendidikan konsultan di FKUI ini.
Memang benar bahwa risiko akan bertambah sejalan dengan meningkatnya usia calon ibu saat hamil. Namun dengan persiapan yang lebih matang, informasi yang lebih lengkap, serta bantuan tenaga kesehatan yang lebih sigap dan informatif terhadap kondisi kehamilan berisiko tinggi, dapat membantu calon ibu untuk bisa tetap percaya diri, sehat, dan semangat saat menjalani kehamilannya.

Kondisi kelainan kromosom pada janin, seperti down syndrome, sering dikaitkan dengan usia ibu yang makin tinggi. Penyakit ini, kata Oni, adalah kelainan yang berhubungan dengan bertambahnya kromosom nomor 21 yang normalnya sepasang (2 buah) menjadi 3 buah.
Risiko terjadinya kasus down syndrome pada perempuan hamil di usia 20-30, satu dari 1400 kelahiran. Sementara pada perempuan di atas usia 35 tahun, angka kejadiannya satu dari 250 kelahiran. Rasio ini berubah tajam menjadi 1:39 pada perempuan hamil di usia 40 tahun.
Deteksi dugaan down syndrome dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah, mengukur kadar hormon pada darah (triple test), maupun pemeriksaan USG. Caranya, dengan memeriksa kromosom calon janin, baik melalui cairan ketuban atau jaringan plasenta muda. Cara tersebut hanya direkomendasikan pada mereka yang berisiko tinggi mengalami kecacatan janin karena dapat mengakibatkan abortus atau infeksi.
           
KELAINAN ORGAN

Derajat beratnya kelainan down syndrome bergantung dengan ada tidaknya kelainan organ lain pada janin, seperti kelainan jantung, saluran cerna, dan lain-lain. Namun sering kali kondisi janin cukup mampu bertahan hingga proses persalinan. Hal ini berbeda dengan kelainan janin yang bersifat fatal dan mematikan, misalnya ketiadaan tempurung kepala. Kelainan seperti hydrocephalus termasuk dalam kategori kelainan yang masih mungkin dilakukan perbaikan setelah janin dilahirkan, apalagi bila pada janin tidak ditemukan kelainan lainnya (single anomaly)
Dokter akan menilai fatal tidaknya kelainan pada janin dan merekomendasikan layak tidaknya kehamilan tersebut dilanjutkan. Jika dianggap fatal, tentu orangtua harus mengikhlaskan kondisi tersebut. Semakin cepat orangtua mengetahui kelainan pada bayi, semakin baik. Sebab, di satu sisi orangtua diharapkan lebih siap menghadapinya, dan di sisi lain, dokter dapat melakukan upaya yang mungkin harus dilakukan saat kehamilan masih berlangsung maupun upaya tertentu yang harus disiapkan saat proses persalinan.
(sumber  www.ummi)

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...