Telah lama diketahui paparan alergen pada jumlah tertentu dan dilakukan secara bertahap bisa menyembuhkan alergi. Bahkan sejak zaman Romawi Kuno, para raja sengaja meminum racun untuk merangsang sistem imun tubuh mereka bereaksi, sehingga mereka menjadi kebal dengan racun.
Namun, terapi tersebut sebenarnya tidak boleh dilakukan
sembarangan. Pasalnya bagi mereka yang memiliki alergi dengan reaksi
anafilaksis atau mengancam jiwa, melakukan terapi ini bisa membahayakan.
Dokter pakar imunologi dari FKUI/RSCM Iris Rengganis mengatakan,
terapi menyembuhkan alergi dengan alergen dikenal dengan istilah
imunoterapi. Terapi tersebut perlu dilakukan dengan pengawasan dokter,
tujuannya supaya dosis alergen yang diberikan tepat.
"Pemberian dosis alergen perlu tepat supaya tidak sampai
menimbulkan reaksi alergi saat terpapar alergen," ujar Iris saat
diwawancarai beberapa waktu lalu di Jakarta.
Imunoterapi dilakukan dengan pemberian suntikan alergi. Dokter akan menyuntikkan alergen tertentu dalam dosis tertentu. Tujuannya untuk menurunkan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap alergen, membantu tubuh belajar menerimanya sebagai zat yang tidak berbahaya.
Imunoterapi dilakukan dengan pemberian suntikan alergi. Dokter akan menyuntikkan alergen tertentu dalam dosis tertentu. Tujuannya untuk menurunkan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap alergen, membantu tubuh belajar menerimanya sebagai zat yang tidak berbahaya.
Dosis alergen yang diberikan biasanya akan ditingkatkan secara
bertahap, tergantung pada perkembangan respon sistem imun terhadap
alergen. Proses terapi bisa berlangsung berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun. Dengan kata lain setiap periode waktu tertentu pasien
perlu datang ke dokter untuk diberikan suntikan secara rutin.
Karena tidak bisa dilakukan sendiri dan prosesnya lama, maka
biasanya terapi ini membutuhkan biaya yang relatif tidak murah. Inilah
yang menyebabkan terapi ini masih sulit dikembangkan di Indonesia.
"Kalau di luar negeri memang sudah banyak, tapi di sini masih
sangat sedikit. Bahkan saat ini di luar negeri sudah dikembangkan
pemberian dosis alergen dalam bentuk pil. Ini bagus untuk menghemat
biaya dokter, jadi tidak perlu setiap suntik perlu pergi ke dokter,"
ujar Iris.
(Sumber : kompas.com)
No comments:
Post a Comment