24.2.15

Tingkah Laku Hewan, Pengamatan Sains Sederhana Untuk Si Kecil

 

 Sains memiliki ruang lingkup luas dan si kecil selalu memiliki kesempatan untuk memahaminya satu per satu. Kali ini Anda dapat mengajari si kecil untuk belajar sains dari tingkah laku hewan.

Dunia sains memang tidak pernah sepi peminat. Begitu banyaknya hal-hal yang bisa dipelajari dari alam memang tak memberikan cukup waktu jika hanya mengandalkan pelajaran di sekolah. Sains memiliki ruang lingkup luas dan si kecil selalu memiliki kesempatan untuk memahaminya satu per satu. Kali ini Anda dapat mengajari si kecil untuk belajar sains dari tingkah laku hewan.
Penasaran bagaimana serunya aktivitas ini? Langsung simak ulasannya berikut ini ya.

Observasi ilmiah

Sesuai dengan namanya pengamatan ilmiah, maka tugas pertama yang perlu dilakukan oleh si kecil adalah mengamati setiap hewan yang ada. Lebih-lebih jika Anda sedang mengajak si kecil ke peternakan atau mungkin rumah Anda dekat peternakan akan jauh lebih baik. Perhatikan cara sapi atau kambing makan. Hewan-hewan ini memakan rumput yang sama, tetapi bentuk kotorannya berbeda. Kotoran sapi lebih berbentuk seperti bubur sementara kambing berbentuk seperti bola-bola. Hal ini karena bentuk usus sapi dan kambing berbeda.

Pemilihan objek observasi

Sapi dan kambing hanyalah contoh kecil dari objek pengamatan ilmiah. Apabila rumah Anda jauh dari pedesaan atau peternakan Anda masih bisa melakukan pengamatan di rumah. Kucing, burung maupun hewan peliharaan lain yang ada di rumah juga dapat digunakan sebagai objek pengamatan. Kucing, burung atau mungkin anjing memiliki kebiasaan yang berbeda. Burung memiliki bentuk badan yang lebih ringan sehingga dapat dengan mudah berpindah tempat.

Daisy Fernchild, seorang ahli zoologi atau profesi yang memahami tentang tingkah laku hewan, menjelaskan jika burung memiliki pundi udara di balik bulu-bulunya. Faktor inilah yang membuat burung lebih mudah untuk terbang di angkasa. Beda halnya dengan kucing yang memiliki rangka tubuh yang kuat khususnya di bagian persendian kakinya, sehingga tak mudah membuat kucing menjadi cedera sekalipun jatuh dari tempat yang tinggi.

Sedangkan anjing memiliki tendon atau otot kaki yang begitu kuat dan elastis. Bentuk kaki belakang yang agak berjinjit membuat anjing lebih cepat saat berlari. Selain itu, anjing sering mengeluarkan air liur bukan tanpa sebab, tetapi untuk membuat tubuhnya tak mudah terdehidrasi khususnya saat sedang berjalan. Lewat pengamatan langsung si kecil dapat memahami sains ini dengan lebih mudah. Dia tak hanya melihat dari gambar namun bisa langsung mengamatinya, karena sains butuh aplikasi langsung bukan sebatas teori dari buku.
(Sumber Nestle)

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...