MUNGKIN Anda berpikir bahwa berolahraga lari hanya membutuhkan fisik yang cukup. Tapi bagi orang yang mengalami obesitas ternyata olahraga lari ada aturannya sendiri. Apakah itu?
Nano Oerip, Personal Trainer dari Gold's Gym, ada treatment berbeda bagi seseorang bertubuh gemuk untuk berolahraga lari. Di antaranya ialah tak disarankan untuk langsung berlari untuk peregangan ataupun saat baru memulai kegiatan lari.
"Mulailah dari yang mudah dulu, seperti berjalan. Sebab bagi orang yang obes, tekanan tulang sangat tinggi. Berdiri saja, mereka sudah menahan banyak tekanan, belum lagi gravitasi, apalagi kalau ditambah berlari," katanya dalam acara yang bertema Press Conference AIA Healthy Living Index Survey 2013, Premier Lounge XXI, Plaza Indonesia lantai 6, Jakarta, belum lama ini.
Selain itu, tambah dia, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Tujuannya, agar seberapa intens lari yang bisa dilakukan dari hasil pemeriksaan medis, sepeti tekanan darah, glukosa, kadar kolesterol lain. Terpenting, carilah aktivitas functional dalam keseharian Anda untuk membuat tubuh terus bergerak, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang naik lift.
"Kunci dari olahraga untuk obesitas, yang penting ada aktivitas gerak. Pokoknya lebih baik bergerak, karena kalau tidak gerak kalari dalam tubuh menumpuk," terang Nano.
Bila berlari masih dirasa sulit rutin dilakukan, orang yang mengalami obesitas bisa menggantinya dengan berenang. Sebab, kegiatan olahraga jenis ini tak memberi tekanan pada kaki.
Nano, begitu sapaan akrabnya, menuturkan, jangan beranggapan bahwa memilih berolahraga lari untuk mendapat kesehatan dan kebugaran. Sebab pada dasarnya untuk mendapatkan kebugaran dalam berlari, seseorang harus sehat dulu atau memiliki stamina cukup untuk kegiatan berlari.
"Seseorang sehat dulu, baru mendapat yang lebih tinggi lagi, yaitu kebugaran. Jadi jangan berharap saat tubuh kurang fit, dan kemudian memutuskan untuk berlari untuk mendapatkan kebugaran. Singkatnya, kita lari, tidak untuk kebugaran. Tapi bugar, untuk berlari," pungkasny
Nano Oerip, Personal Trainer dari Gold's Gym, ada treatment berbeda bagi seseorang bertubuh gemuk untuk berolahraga lari. Di antaranya ialah tak disarankan untuk langsung berlari untuk peregangan ataupun saat baru memulai kegiatan lari.
"Mulailah dari yang mudah dulu, seperti berjalan. Sebab bagi orang yang obes, tekanan tulang sangat tinggi. Berdiri saja, mereka sudah menahan banyak tekanan, belum lagi gravitasi, apalagi kalau ditambah berlari," katanya dalam acara yang bertema Press Conference AIA Healthy Living Index Survey 2013, Premier Lounge XXI, Plaza Indonesia lantai 6, Jakarta, belum lama ini.
Selain itu, tambah dia, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Tujuannya, agar seberapa intens lari yang bisa dilakukan dari hasil pemeriksaan medis, sepeti tekanan darah, glukosa, kadar kolesterol lain. Terpenting, carilah aktivitas functional dalam keseharian Anda untuk membuat tubuh terus bergerak, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang naik lift.
"Kunci dari olahraga untuk obesitas, yang penting ada aktivitas gerak. Pokoknya lebih baik bergerak, karena kalau tidak gerak kalari dalam tubuh menumpuk," terang Nano.
Bila berlari masih dirasa sulit rutin dilakukan, orang yang mengalami obesitas bisa menggantinya dengan berenang. Sebab, kegiatan olahraga jenis ini tak memberi tekanan pada kaki.
Nano, begitu sapaan akrabnya, menuturkan, jangan beranggapan bahwa memilih berolahraga lari untuk mendapat kesehatan dan kebugaran. Sebab pada dasarnya untuk mendapatkan kebugaran dalam berlari, seseorang harus sehat dulu atau memiliki stamina cukup untuk kegiatan berlari.
"Seseorang sehat dulu, baru mendapat yang lebih tinggi lagi, yaitu kebugaran. Jadi jangan berharap saat tubuh kurang fit, dan kemudian memutuskan untuk berlari untuk mendapatkan kebugaran. Singkatnya, kita lari, tidak untuk kebugaran. Tapi bugar, untuk berlari," pungkasny